15 November 2007

Bosan dengan Kehidupan ini

Bosan dengan Hidup?

Seorang pemuda datang mengunjungi gurunya lalu mengatakan, "Guru, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya porak peranda. Usaha saya tak menjadi. Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati.
Guru dengan tersenyum berkata, "Oh, kamu sakit."
"Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati."

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, Guru meneruskan, "Kamu sakit.
Dan penyakitmu itu sebutannya, 'Alergi Hidup'. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan." Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan perkara yang bertentangan dengan norma kehidupan.

Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo. Kita berhenti ditempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit.
Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Yang namanya usaha, pasti ada pasang surutnya.

Dalam perkara berumah tangga, pertengkaran-pertengkaran kecil itu memang wajar, lumrah. Persahabatan pun tidak selalu selamanya, tidak abadi. Apakah yang selamanya, yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita. "Penyakitmu itu dapat disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku." demikian ujar pak guru.

"Tidak guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup." pemuda itu menolak tawaran pak guru.
"Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?"
"Ya, memang saya sudah bosan hidup."
"Baik, besok petang kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi di minum besok antara jam enam petang dan jam delapan malam kau akan mati dengan tenang."

Giliran dia menjadi bingung. Setiap guru yang dia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Yang satu ini aneh. Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena dia memang sudah betul-betul jenuh, dia menerimanya dengan senang hati.

Pulang kerumah, dia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut "obat" oleh guru tadi. Dan, dia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu tenang! Tinggal 1 malam, 1 hari, dan dia akan mati. Dia akan bebas dari segala macam masalah.

Malam itu, dia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di sebuah restoran. Sesuatu yang sudah tidak pernah dia lakukan sejak beberapa tahun kebelakangan ini.Oleh karena ini adalah malam terakhir, dia ingin meninggalkan sebuah kenangan manis. Sambil makan, dia bersenda gurau.
Suasananya amat mendamaikan! Sebelum tidur, dia mengecup bibir isterinya dan membisik di telinganya, "Sayang, aku mencintaimu." Karena malam ini adalah malam terakhir, dia ingin meninggalkan sebuah kenangan manis! Esoknya; bangun tidur dia membuka jendela kamar dan melihat ke luar.Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan dia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Pulang kerumah setengah jam kemudian, dia menemukan isterinya masih tertidur.

Tanpa membangunkannya, dia masuk ke dapur dan membuat 2 cawan kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk isterinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir, dia ingin meninggalkan kenangan sebuah manis! Isterinya yang merasakan sesuatu kelainan, berkata dalam hati "Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku, sayang."
Di kantor, dia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Pekerjanya menjadi bingung, "Hari ini, Boss kita ganjil ya?" Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, dia ingin meninggalkan sebuah kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Dia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda.

Tiba-tiba hidup menjadi indah. Dia mulai menikmatinya. Pulang kerumah jam 5 petang, dia menemukan isteri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini justru isteri yang memberikan ciuman kepadanya sambil berkata, "Abang, sekali lagi saya minta maaf, kalau selama ini saya selalu menyusahkan abang."
Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, "Ayah, maafkan kami semua. Selama ini, ayah selalu stress karena perilaku kami."
Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Dia membatalkan niatnya untuk membunuh diri.Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah dia minum, petang semalam? Dia pergi bertemu dengan gurunya lagi. Apabila melihat raut wajah pemuda itu, rupanya guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi," Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh, Apabila kau hidup dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu bila-bila sahaja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan.

Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahsia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan."

Dia mengucapkan terima kasih dan bersalaman dengan guru, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Konon, dia masih mengalir terus. Dia tidak pernah lupa hidup dalam kekinian. Itulah sebabnya, dia selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP!

Hidup bukanlah merupakan suatu beban yang harus dipikul, tapi merupakan suatu anugerah untuk dinikmati.

Tidak ada komentar: