16 Oktober 2009

Monkey see monkey do

Dalam sebuah eksperiment, 5 ekor monyet dimasukan dalam sebuah ruangan, dimana didalamnya terdapat buah pisang yang digantung di langit-langit, dan sebuah tangga yang bisa dipakai untuk mengambil buah pisang tersebut.
Tak lama berselang, ketika seekor monyet mendekati dan hendak menaiki tangga tersebut, ke-4 ekor monyet yang lain disembur dengan air dingin.
Ketika monyet yang lain mencoba mendekati tangga tersebut, hal yang sama dilakukan, ke-4 ekor monyet lain yang tidak memanjat akan di sembur dengan air dingin.
Hal ini dilakukan terus menerus, sampai akhirnya, setiap ada monyet yang mau memanjat tangga itu, ke-4 monyet yang lain akan menarik monyet yang mau memanjat itu dan memukulnya berame2, walaupun sudah tidak ada lagi semburan air dingin yang diarahkan ke monyet2 yang lain itu.
Nah kemudian, seekor monyet dikeluarkan dan diganti dengan monyet yang baru.
Dan tidak ada lagi semburan air dingin.
Monyet yang baru itu pasti akan tertarik untuk menaiki tangga dan mengambil pisang yang tergantung kan.
Tapi setiap kali dia mendekati tangga, dia akan dipukuli rame2 oleh monyet2 yang lain.
Kemudian satu ekor monyet lain yang pernah di siram dengan air dingin di ganti lagi dengan monyet yang baru.
Begitu monyet baru ini mendekati tangga, ke-4 ekor monyet yang lain akan menarik dan memukuli monyet itu, termasuk monyet yang belum pernah tersiram air dingin itu tadi.
Satu persatu, monyet yang pernah kena siram air dingin, di ganti dengan monyet yang baru. Hingga akhirnya semua monyet yang ada di dalam ruangan ada monyet yang belum pernah disiram air dingin. Tapi setiap kali ada monyet yang mendekati tangga, ke-4 ekor monyet yang lain akan langsung menarik dan memukulinya berame2, tanpa tau sebab yang sebenarnya, mengapa mereka harus memukul rame-rame2. =)
Saya sudah mencoba untuk men-verifikasi, apakah eksperiment ini sungguh ada, atau hanya cerita fiksi. Tapi sejauh ini, belum menemukan referensi yang pasti, apakah eksperiment ini sungguh terjadi, atau hanya fiksi. Tapi kalo dipikir2, bukan sesuatu yang mustahil, dan bahkan masuk diakal bukan?
Terlepas dari ada atau tidaknya eksperiment ini, satu hal yang menarik adalah, fenomena yang serupa bisa kita temukan di komunitas kita, manusia.
Coba perhatikan lingkungan kerja kita atau lingkungan masyarakat disekeliling kita.
Berapa sering kita melihat dikantor misalnya, sekelompok orang melakukan sebuah rutinitas, hanya karena orang-orang sebelum mereka melakukan hal yang sama.
Berapa sering kita melihat, banyak orang yang melakukan sebuah rutinitas, tanpa bertanya mengapa hal ini dilakukan oleh orang-orang sebelumnya, apa alasan sebenarnya.
Dan apakah alasannya itu masih ada dan valid sampai dengan saat ini.
Kalo sudah tidak ada atau tidak valid, lantas kenapa kita masih harus terus melakukan rutinitas tersebut?
Sebuah renungan buat kita semua. =)

Kisah berburu Monyet...

Ada artikel menarik tentang teknik berburu monyet di hutan-hutan Afrika.caranya begitu unik. Sebab, teknik itu memungkinkan si pemburu menangkap monyet dalam keadaan hidup-hidup tanpa cedera sedikitpun. Maklum, ordernya memang begitu. Sebab, monyet-monyet itu akan digunakan sebagai hewan percobaan atau binatang sirkus di Amerika.

Cara menangkapnya sederhana saja. Sang pemburu hanya menggunakan toples berleher panjang dan sempit. Toples itu diisi kacang yang telah diberi aroma. Tujuannya,agar mengundang monyet-monyet datang. Setelah diisi kacang, toples-toples itu ditanam dalam tanah dengan menyisakan mulut toples dibiarkan tanpa tutup.

Para pemburu melakukannya di sore hari. Besoknya, mereka tinggal meringkus monyet-monyet yang tangannya terjebak di dalam botol tak bisa dikeluarkan. Kok, bisa? Tentu kita sudah tahu jawabannya.

Monyet-monyet itu tertarik pada aroma yang keluar dari setiap toples. Mereka mengamati lalu memasukkan tangan untuk mengambil kacang-kacang yang ada di dalam. Tapi karena menggenggam kacang, monyet-monyet itu tidak bisa menarik keluar tangannya. Selama mempertahankan kacang-kacang itu, selama itu pula mereka terjebak. Toples itu terlalu berat untuk diangkat. Jadi, monyet-monyet itu tidak akan dapat pergi ke mana-mana !

Mungkin kita akan tertawa melihat tingkah bodoh monyet-monyet itu. Tapi, tanpa sadar sebenamya kita mungkin sedang menertawakan diri sendiri. Ya, kadang kita bersikap seperti monyet-monyet itu.

Kita mengenggam erat setiap permasalahan yang kita miliki layaknya monyet mengenggam kacang. Kita sering mendendam, tak mudah memberi maaf, tak mudah melepaskan maaf? Mulut mungkin berkata ikhlas, tapi bara amarah masih ada di dalam dada. Kita tak pernah bisa melepasnya. Bahkan, kita bertindak begitu bodoh, membawa "toples-toples" itu ke mana pun kita pergi. Dengan beban berat itu, kita berusaha untuk terus berjalan. Tanpa sadar, kita sebenamya sedang terperangkap penyakit hati yang akut.

Teman,
sebenarnya monyet-monyet itu bisa selamat jika mau membuka genggaman tangannya. Dan, kita pun akan selamat dari penyakit hati jika sebelum tidur kita mau melepas semua "rasa tidak enak" terhadap siapapun yang berinteraksi dengan kita. Dengan begitu kita akan mendapati hari esok begitu cerah dan menghadapinya dengan senyum. Jadi, kenapa masih tetap kita genggam juga perasan tidak enak itu..??

Kisah Kucing

Seorang Maha Guru Zen di biara Mayu Kagi yang ternama memiliki seekor kucing yang sangat di sayangi. Saking sayangnya, dia selalu membawa serta kucing ini dalam setiap kelas meditasinya. Suatu hari, maha guru ini meninggal dunia, dan posisinya digantikan oleh murid tertuanya. Bikhu-bikhu yang lain kemudian bertanya, apa yang harus mereka lakukan dengan kucing kesayangan guru mereka.

Untuk menghormati dan mengenang jasa maha guru ini, para muridnya memutuskan untuk tetap mengizinkan kucing itu berada dalam setiap kelas meditasi mereka. Beberapa bikhu dari biara tetangga, yang sering mengunjungi biara-biara didaerah sekitar itu kemudian mengetahui tentang keberadaan seekor kucing dalam setiap kelas meditasi di biara mayu kagi. Cerita ini pun menyebar.

Bertahun-tahun telah lewat, kucing kesayangan maha guru itu pun telah meninggal. Tapi karena para bikhu di mayu kagi sudah begitu terbiasa dengan adanya kucing dalam setiap kelas meditasinya, mereka kemudian mencari kucing lain sebagai pengganti.

Sementara itu, biara-biara lain yang mengetahui tentang keberadaan kucing dalam kelas meditasi di mayu kagi mulai menggunakan kucing juga dalam kelas meditasi mereka. Dari berita mulut ke mulut, mereka mempercayai bahwa keberadaan kucing lah yang membuat kualitas meditasi dan ajaran mayu kagi yang begitu bagus dan kesohor. Tanpa mengetahui bahwa sebenarnya kehebatan mendiang Maha Guru Zen itu lah yang membuat kualitas mayu kagi begitu bagus.

Beberapa generasi pun berlalu, dan jurnal-jurnal ilimiah tentang pentingnya kucing dalam meditasi pun mulai di tulis. Lambat laun, komunitas akademi mulai mempercayai bahwa kucing memiliki kemampuan untuk meningkatkan konsentrasi manusia dan menghilang energy negative. Begitulah, selama satu abad, kucing dianggap sebagai bagian yang penting dan tak terpisahkan dari buddhisme Zen di daerah itu.

Sampai akhirnya, seorang master baru tiba, dan dia alergi terhadap bulu kucing. Jadi dia memutuskan untuk tidak lagi membawa kucing dalam kelas mediatasi dengan para muridnya. Semua orang protes, tapi sang master itu tetap tidak mengizinkan kucing masuk ke dalam kelas meditasinya. Karena master ini sangat lihay dan berbakat, para muridnya akhirnya bisa terus maju dan berkembang dalam kemampuan meditasi mereka, walaupun sudah tidak ada lagi kucing dalam ruangan itu.

Perlahan-lahan, biara-biara lain, yang mulai merasa repot harus memelihara banyak kucing dalam biara mereka, pun mulai meniadakan kucing dalam kelas meditasi mereka, tanpa mempengaruhi kualitas pembinaan spiritual mereka. 20 tahun kemudian, tesis-tesis baru seputar kucing dalam meditasi pun mulai di tulis, dengan judul-judul seperti “Meditasi tanpa eksistensi kucing” atau “menjaga keseimbangan Alam Zen dengan menggunkan kekuatan pikiran, tanpa bantuan kucing”.

Satu abad lagi berlalu, dan kucing sudah tidak ada lagi dipakai dalam kelas meditasi Zen di daerah itu. Tapi, diperlukan 200 tahun untuk semuanya kembali ke keadaan semula. Dan semua ini karena pada waktu itu, tidak ada yang bertanya “mengapa ada kucing di dalam kelas meditasi itu.” Seorang penulis mendengar cerita ini ratusan tahun kemudian, dan menulis dalam diarinya: “...dan berapa banyak diantara kita, dalam kehidupan kita sehari-hari, berani bertanya: mengapa saya berbuat seperti begini atau begitu? Dalam setiap hal yang kita lakukan, seberapa sering kita juga tanpa sadar telah menggunakan “kucing”, tanpa ada keberanian untuk menyingkirannya, hanya karena kita sudah dikasih tau dari kecil bahwa “kucing” itu penting supaya semuanya akan baik-baik saja.”

SKCK

SKCK....hmmm ada yang tau gak apa itu SKCK. Gw juga baru tahu kemaren pas mau urus SKCK, sebelumnya tanya-tanya dulu ke mbah google eh ternyata SKCK itu Surat Keterangan Catatan Kepolisian alias dulu namanya SKKB (Surat Keterangan Kelakuan Baik).

Nah, karena besok mau bikin SKCK trus harus tau prosedurnya dulu nih, sekali lagi tanya ke mbah google tapi nemunya cuman setengah-setengah alias gak ada yang menjelaskan detail prosedurnya.
Berbekal hasil dari google n tanya ke teman-teman, akhirnya diputuskan untuk memulai dari tingkatan RT dulu.

Jadi sebelum urus SKCK kita kudu ke RT minta surat pengantar trus lanjut ke RW. Nah minta tanda tangan RT dan RW itu yang agak-agak susah karena rata-rata mereka masih bekerja dan baru ada di rumah malem harinya.

Uber ke RT akhirnya dapat tanda tangan dan pengantar dari RT plus stempel RT-nya, lanjut deh ke rumah pak RW dengan membawa surat pengantar tersebut untuk minta tanda tangan dan juga stempel RW.

Udah selesai urusan di tingkat RT dan RW lanjut ke tingkat kelurahan. Langsung deh menuju ke loket Seksi Pemerintahan trus bilang mau urus SKCK. Serahin surat pengantar RT/RW plus foto copy KTP satu lembar. Setelah menunggu sekitar 15 menitan, akhirnya jadi juga surat pengantar dari Kelurahan. Oh iya, siapin aja dana sekitar 10 ribu, katanya sih buat partisipasinya aja.

Nah, kata orang kelurahan kalo mo urus SKCK buat lamar kerja swasta langsung ke Polsek aja tapi kalo buat lamar PNS kudu ke Polres. Karena gw buat lamar ke swasta akhirnya langsung ke Polsek.

Sampai di Polsek, kita ke bagian pengurusan SKCK trus kasih surat keterangan dari Kelurahan dan pas photo 2 lbr untuk di tukar dengan formulir pengisian SKCK.
Lumayan banyak juga yang harus di isi dalam formulir tersebut, kalo udah selesai balikin lagi formulirnya ke loket n tunggu panggilan.

Kalo lagi gak banyak yang ngantir bisa cepet, karena kemaren lumayan rame jadi nungguin sekitar 15 menit. Gitu dapat panggilan, langsung masuk ke dalam trus ditanya-tanya lagi dan akhirnya jadi tuh SKCK. Gak ada biaya untuk urus SKCK di Polsek.

SKCK ini berlaku selama 3 bulan, jika habis masa berlakunya buruan deh di perpanjang di Polsek atau tempat diterbitkannya SKCK ini kalo kelewat ntar kudu urus dari awal lagi.

Itu pengalaman sendiri urus SKCK, semoga bermanfaat.


06 Oktober 2009

Ibuku Seorang Pembohong??? ?

Sekadar buat renungan...

Sukar untuk orang lain percaya,tapi itulah yang terjadi, ibu saya memang seorang pembohong!! Sepanjang ingatan saya sekurang-kurangnya 8 kali ibu membohongi saya. Saya perlu catatkan segala pembohongan itu untuk dijadikan renungan anda sekalian.

Cerita ini bermula ketika saya masih kecil. Saya lahir sebagai seorang anak lelaki dalam sebuah keluarga sederhana. Makan minum serba kekurangan. Kami sering kelaparan. Adakalanya, selama beberapa hari kami terpaksa makan ikan asin satu keluarga. Sebagai anak yang masih kecil, saya sering merengut. Saya menangis, ingin nasi dan lauk yang banyak. Tapi ibu pintar berbohong. Ketika makan, ibu sering membagikan nasinya untuk saya. Sambil memindahkan nasi ke mangkuk saya, ibu berkata : ""Makanlah nak ibu tak lapar."

-PEMBOHONGAN IBU YANG PERTAMA.

Ketika saya mulai besar, ibu yang gigih sering meluangkan watu senggangnya untuk pergi memancing di sungai sebelah rumah. Ibu berharap dari ikan hasil pancingan itu dapat memberikan sedikit makanan untuk membesarkan kami. Pulang dari memancing, ibu memasak ikan segar yang mengundang selera. Sewaktu saya memakan ikan itu, ibu duduk disamping kami dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang bekas sisa ikan yang saya makan tadi.
Saya sedih melihat ibu seperti itu. Hati saya tersentuh lalu memberikan ikan yg belum saya makan kepada ibu. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya. Ibu berkata : "Makanlah nak, ibu tak suka makan ikan."

- PEMBOHONGAN IBU YANG KEDUA.

Di awal remaja, saya masuk sekolah menengah. Ibu biasa membuat kue untuk dijual sebagai tambahan uang saku saya dan abang. Suatu saat, pada dinihari lebih kurang pukul 1.30 pagi saya terjaga dari tidur. Saya melihat ibu membuat kue dengan ditemani lilin di hadapannya. Beberapa kali saya melihat kepala ibu terangguk karena ngantuk.
Saya berkata : "Ibu, tidurlah, esok pagi ibu kan pergi ke kebun pula." Ibu tersenyum dan berkata : "Cepatlah tidur nak, ibu belum ngantuk."

- PEMBOHONGAN IBU YANG KETIGA.

Di akhir masa ujian sekolah saya, ibu tidak pergi berjualan kue seperti biasa supaya dapat menemani saya pergi ke sekolah untuk turut menyemangati. Ketika hari sudah siang, terik panas matahari mulai menyinari, ibu terus sabar menunggu saya di luar. Ibu seringkali saja tersenyum dan mulutnya komat-kamit berdoa kepada Illahi agar saya lulus ujian dengan cemerlang.
Ketika lonceng berbunyi menandakan ujian sudah selesai, ibu dengan segera menyambut saya dan menuangkan kopi yang sudah disiapkan dalam botol yang dibawanya. Kopi yang kental itu tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang ibu yang jauh lebih kental. Melihat tubuh ibu yang dibasahi peluh, saya segera memberikan cawan saya itu kepada ibu dan menyuruhnya minum. Tapi ibu cepat-cepat menolaknya dan berkata : "Minumlah nak, ibu tak haus!!"

- PEMBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT.

Setelah ayah meninggal karena sakit, selepas saya baru beberapa bulan dilahirkan, ibulah yang mengambil tugas sebagai ayah kepada kami sekeluarga. Ibu bekerja memetik cengkeh di kebun, membuat sapu lidi dan menjual kue-kue agar kami tidak kelaparan. Tapi apalah daya seorang ibu. Kehidupan keluarga kami semakin susah dan susah.
Melihat keadaan keluarga yang semakin parah, seorang tetangga yang baik hati dan tinggal bersebelahan dengan kami, datang untuk membantu ibu. Anehnya, ibu menolak bantuan itu... Para tetangga sering kali menasihati ibu supaya menikah lagi agar ada seorang lelaki yang menjaga dan mencarikan nafkah untuk kami sekeluarga.. Tetapi ibu yang keras hatinya tidak mengindahkan nasihat mereka. Ibu berkata : "Saya tidak perlu cinta dan saya tidak perlu laki-laki."

- PEMBOHONGAN IBU YANG KELIMA.

Setelah kakak-kakak saya tamat sekolah dan mulai bekerja, ibu pun sudah tua. Kakak-kakak saya menyuruh ibu supaya istirahat saja di rumah. Tidak lagi bersusah payah untuk mencari uang. Tetapi ibu tidak mau. Ibu rela pergi ke pasar setiap pagi menjual sedikit sayur untuk memenuhi keperluan hidupnya.
Kakak dan abang yang bekerja jauh di kota besar sering mengirimkan uang untuk membantu memenuhi keperluan ibu, pun begitu ibu tetap berkeras tidak mau menerima uang tersebut. Malah ibu mengirim balik uang itu, dan ibu berkata : "Jangan susah-susah, ibu ada uang."

- PEMBOHONGAN IBU YANG KEENAM.

Setelah lulus kuliah, saya melanjutkan lagi untuk mengejar gelar sarjana di luar Negeri. Kebutuhan saya di sana dibiayai sepenuhnya oleh sebuah perusahaan besar. Gelar sarjana itu saya sudahi dengan cemerlang, kemudian saya pun bekerja dengan perusahaan yang telah
membiayai sekolah saya di luar negeri.
Dengan gaji yang agak lumayan, saya berniat membawa ibu untuk menikmati penghujung hidupnya bersama saya di luar negara. Menurut hemat saya, ibu sudah puas bersusah payah untuk kami. Hampir seluruh hidupnya habis dengan penderitaan, pantaslah kalau hari-hari tuanya ibu habiskan dengan keceriaan dan keindahan pula. Tetapi ibu yang baik hati, menolak ajakan saya. Ibu tidak mau menyusahkan anaknya ini dengan berkata ; "Tak usahlah nak, ibu tak bisa tinggal di negara orang."

- PEMBOHONGAN IBU YANG KETUJUH.

Beberapa tahun berlalu, ibu semakin tua. Suatu malam saya menerima berita ibu diserang penyakit kanker di leher, yang akarnya telah menjalar kemana-mana. Ibu mesti dioperasi secepat mungkin. Saya yang ketika itu berada jauh diseberang samudera segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Saya melihat ibu terbaring lemah di rumah sakit, setelah menjalani pembedahan. Ibu yang kelihatan sangat tua, menatap wajah saya dengan penuh kerinduan.
Ibu menghadiahkan saya sebuah senyuman biarpun agak kaku karena terpaksa menahan sakit yang menjalari setiap inci tubuhnya. Saya dapat melihat dengan jelas betapa kejamnya penyakit itu telah menggerogoti tubuh ibu, sehingga ibu menjadi terlalu lemah dan kurus.
Saya menatap wajah ibu sambil berlinangan air mata. Saya cium tangan ibu kemudian saya kecup pula pipi dan dahinya. Di saat itu hati saya terlalu pedih, sakit sekali melihat ibu dalam keadaan seperti ini. Tetapi ibu tetap tersenyum dan berkata : "Jangan menangis nak, ibu tak sakit."

- PEMBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.

Setelah mengucapkan pembohongan yang kedelapan itu, ibunda tercinta menutup matanya untuk terakhir kali. Dibalik kebohongannya, tersimpan cintanya yang begitu besar bagi anak2nya.

Anda beruntung karena masih mempunyai orangtua...
Anda boleh memeluk dan menciumnya. Kalau orangtua anda jauh dari mata, anda boleh menelponnya sekarang, dan berkata, 'Ibu / Ayah,saya sayang ibu / ayah.'
Tapi tidak saya, hingga kini saya diburu rasa bersalah yang amat sangat karena biarpun saya mengasihi ibu lebih dari segala-galanya, tapi tidak pernah sekalipun saya membisikkan kata-kata itu ke telinga ibu, sampailah saat ibu menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Ibu, maafkan saya. Saya sayang ibu.......


"Ada satu KISAH pada jaman Rasulullah SAW, seorang sahabat bertanya kepada Rasul, " Ya, Rasulullah, saya membawa Ibu saya dgn cara Menggendongnya (dr daerahnya yg jarak tempuhnya lbh krg 2 bulan berjalan kaki) ke Tanah Suci ini (Mekkah-utk Berhaji), apakah saya sdh dpt membalas budi kpd Ibu saya.
Rasulullah bertanya :"Apakah dlm perjalananmu ada ... tetes darah yg keluar dr Tubuhmu?", "Tidak", jawab sahabat.
Rasulullah Berkata :"Tahukah kamu berapa Tetes darah yg dikeluarkan Ibumu disaat ia melahirkanmu, dan berapa Tetes air susu yg telah diberikannya kepadamu".

Sempatkan Untuk Mendengar!

Banyak orang bisa 'berkata', namun sedikit yang mau 'mendengar'. Padahal jika kita mau kembali ke hukum alam, seharusnya kita harus lebih banyak mendengar daripada bicara. Bukankah Tuhan memberi kita dua telinga dan hanya satu mulut? :-)

Begitupun jika kita saksikan pada bayi yang baru lahir. Indra pendengaran lebih dulu berfungsi daripada yang lainnya. Lalu, mengapa mendengar lebih susah daripada berbicara?

Meski secara kasat mata mendengar adalah hal yang gampang, namun nyatanya banyak orang yang lebih suka didengarkan daripada mendengarkan.

Mendengarkan merupakan bagian esensi yang menentukan komunikasi efektif. Tanpa kemampuan mendengar yang bagus, biasanya akan muncul banyak masalah. Yang sering terjadi, kita merasa bahwa kitalah yang paling benar. Kita tidak tertarik untuk mendengarkan opini yang berbeda dan hanya tergantung pada cara kita.

Selalu merasa benar, paling kompeten, dan tidak pernah melakukan kesalahan. Duh... malaikat kali! :-)
Jika kita selalu merasa bahwa diri kita benar, dan cara kitalah yang paling tepat, itu berarti kita tidak pernah mendengarkan. Ide dan opini kita sangat sukar untuk diubah jika fakta tidak mendukung keyakinan kita. Bahkan kalau ada fakta pun kita mungkin hanya akan sekedar meliriknya saja.

Mungkin saat ini kita nyaman dengan cara kita, tapi untuk jangka waktu yang panjang, orang-orang akan menolak dan membenci kita. Jika kita mau mulai mendengarkan orang lain,
maka suatu saat kita akan menyadari kesalahan kita.

Jawaban untuk mengatasi sifat ini adalah mengasah skill mendengar aktif. Mendengar tidak selalu dengan tutup mulut, tapi juga melibatkan partisipasi aktif kita. Mendengar yang baik bukan berharap datangnya giliran berbicara.

Mendengar adalah komitmen untuk memahami pembicaraan dan perasaan lawan bicara kita. Ini juga sebagai bentuk penghargaan bahwa apa yang orang lain bicarakan adalah bermanfaat untuk kita. Pada saat yang sama kita juga bisa mengambil manfaat yang maksimal dari pembicaraan tersebut.

Seni mendengar dapat membangun sebuah relationship. Jika kita melakukannya dengan baik, orang-orang akan tertarik dengan kita dan interaksi kita akan semakin harmonis.

Berikut teknik mudah yang dapat dipraktekkan oleh ANDA dengan sangat wajar untuk menjadi seorang pendengar yang baik :

  1. Peliharalah kontak mata dengan baik. Ini menunjukkan kepada lawan bicara tentang keterbukaan dan kesungguhan kita
  2. Condongkan tubuh ke depan. Ini menunjukkan ketertarikan kita pada topik pembicaraan. Cara ini juga akan mengingatkan kita untuk memiliki sudat pandang yang lain, yaitu tidak hanya fokus pada diri kita.
  3. Buat pertanyaan ketika ada hal yang butuh klarifikasi atau ada informasi baru yang perlu kita selidiki dari lawan bicara kita.
  4. Buat selingan pembicaraan yang menarik. Hal ini bisa membuat percakapan lebih hidup dan tidak monoton.
  5. Cuplik atau ulang beberapa kata yang diucapkan oleh lawan bicara kita. Ini menunjukkan bahwa kita memang mendengarkan dengan baik hingga hapal beberapa cuplikan kata.
  6. Buatlah komitmen untuk memahami apa yang ia katakan, meskipun kita tidak suka atau marah. Dari sini kita akan mengetahui nilai-nilai yang diterapkan lawan bicara kita, yang mungkin berbeda dengan nilai yang kita terapkan.

Dengan berusaha untuk memahami, bisa jadi kita akan menemukan sudut pandang, wawasan, persepsi atau kesadaran baru, yang tidak terpikirkan oleh kita sebelumnya.

Seorang pendengar yang baik sebenarnya hampir sama menariknya dengan pembicara yang baik. Jika kita selalu pada pola yang benar untuk jangka waktu tertentu, maka suatu saat kita akan merasakan manfaatnya.

Prosesnya mungkin akan terasa lama dan menjemukan, tapi lama-kelamaan akan terasa berharganya upaya yang telah kita lakukan. Kita akan merasa lebih baik atas diri kita, hubungan kita, teman-teman kita, anak-anak kita, maupun pekerjaan.

Kesimpulan: jadilah pendengar yang baik, karena sifat ini bisa menjadi kunci untuk mengembangkan pikiran yang positif, dan merupakan salah satu tangga untuk mencapai kesuksesan!

UU Lalu Lintas

Sebelum dirazia, perlengkapi kendaraan Anda. Sebagai contoh, mobil yang tidak ada kotak P3K bisa dikenakan denda Rp 250.000 atau pidana 1 bulan (Pasal278). UU yg sudah di-sign pak SBY pada tanggal 22 Juni 2009, memuat antara lain:

*Pasal 107 *
(1) Pengemudi Kendaraan Bermotor wajib menyalakan lampu utama Kendaraan Bermotor yang digunakan di jalan pada malam hari dan pada kondisi tertentu.
(2) Pengemudi Sepeda Motor selain mematuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyalakan lampu utama pada siang hari.

*Pasal 293 *
(1)Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan tanpa menyalakan lampu utama pada malam hari dan kondisi tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp 250.000,00 (dua ratus limapuluh ribu rupiah).
(2) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor di Jalan tanpa menyalakan lampu utama pada siang hari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 15 ( limabelas) hari atau denda paling banyak Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah).

*Pasal 278*
Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih di jalan yang tidak dilengkapi dengan perlengkapan berupa ban cadangan, segitiga pengaman, dongkrak, pembuka roda, dan peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling paling banyakRp250. 000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

*Pasal 279*
Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di jalan yang dipasangi perlengkapan yang dapat mengganggu keselamatan berlalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

*Pasal 281*
Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp1.000.000, 00 (satu juta rupiah).* *

*Pasal 285*
(1) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor di jalan yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan, knalpot, dan kedalaman alur ban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (3) *juncto *Pasal 48 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).
(2)Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih di jalan yang tidak memenuhi persyaratan teknis yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu mundur, lampu tanda batas dimensi badan kendaraan, lampu gandengan, lampu rem, lampu penunjuk arah,alat pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan, kedalaman alur ban, kaca depan, spakbor, bumper, penggandengan, penempelan, atau penghapus kaca sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (3) *juncto *Pasal 48 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 ( lima ratus ribu rupiah).

*Pasal 291*
(1) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor tidak mengenakan helm standar nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (8) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).
(2) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor yang membiarkan penumpangnya tidak mengenakan helm sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (8) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00(dua ratus lima puluh ribu rupiah).