03 Desember 2009

IKAN YANG KELAPARAN

(Diambil dari buku "Piano di tepi Pantai" karangan Jim Morgan)

Beberapa tahun yang lalu sebuah penelitian ilmiah yang penting dilakukan melalui sebuah film documenter. Di situ ditampilkan Dr. Eden Ryl seorang psikolog spesialis perilaku. Di dalam eksperimennya, seekor ikan great northern (sejenis salmon yang bias tumbuh 1,4 meter dengan berat 21 kg) dimasukkan ke dalam akuarium besar. Dia diberi makan berupa ikan-ikan minnow, sejenis ikan sungai yang berukuran kecil 6-10 cm. Selama beberapa hari, kamera digunakan untuk merekam aktivias kedua jenis ikan ini.
Beberapa waktu kemudian, para peneliti mengubah kondisi akuarium degan meletakkan penyekat kaca antar ikan besar dengan ikan kecil Setiap kali ikan besar berupaya memangsa ikan kecil, setiap kali pula ia membentur kaca. Kegagalan demi kegagalan ia alami dalam memperoleh mangsanya dan merasakan sakit di seluruh tubh akibat benturan-benturan pada kaca. Ikan besar itupun menghentikan usahanya. Setelah diperkirakan ikan besar sangat kelaparan, peneliti ini mengangkat sekat kaca pembatas tersebut. Ikan-ikan kecilpun dapat berenang bebas demikian pula ikan besar kelaparan tadi.
Apa yang Terjadi ?
Tenyata ikan besar itu tidak berusaha memburu ikan-ikan kecil, sebaliknya ia berenang-renang dikelilingi buruannya. Sebetulnya ia sangat kelaparan, tetapi ia sudah putus asa. Karena gagal mendapatkan mangsanya dan luka di tubuhnya, akhirnya ikan besar ini mati dalam keadaan kelaparan dalam akuarium yang justru dipenuhi dengan makanannya sendiri !
Makanan itupun gagal didapatkannya. Ikan itu sudah YAKIN bahwa makanan itu sudah tidak bisa diraih !

Apa Hikmahnya :
Banyak orang yang gagal ketika berada di dalam potensi kesuksesannya. Mereka teru mmikirkan jerih payah dan penderitaan yang dilakukan dan terus terpaku pada kegagalan masa lalu. Rasa malu dan sakit akibat kegagalan-kegagalan untuk mencapai sasaran, kecewa karena penolakan-penolakan dan hal lainnya yang mematahkan semangat juangnya. Lama kelamaan terbentuk opini dalam diri mereka bahwa keberhasilan dan kehidupan yang bermakna TIDAK AKAN PERNAH BISA MEREKA RAIH. Putus asa dan daya juang ketika Kesuksesan berada di depan mata.

16 Oktober 2009

Monkey see monkey do

Dalam sebuah eksperiment, 5 ekor monyet dimasukan dalam sebuah ruangan, dimana didalamnya terdapat buah pisang yang digantung di langit-langit, dan sebuah tangga yang bisa dipakai untuk mengambil buah pisang tersebut.
Tak lama berselang, ketika seekor monyet mendekati dan hendak menaiki tangga tersebut, ke-4 ekor monyet yang lain disembur dengan air dingin.
Ketika monyet yang lain mencoba mendekati tangga tersebut, hal yang sama dilakukan, ke-4 ekor monyet lain yang tidak memanjat akan di sembur dengan air dingin.
Hal ini dilakukan terus menerus, sampai akhirnya, setiap ada monyet yang mau memanjat tangga itu, ke-4 monyet yang lain akan menarik monyet yang mau memanjat itu dan memukulnya berame2, walaupun sudah tidak ada lagi semburan air dingin yang diarahkan ke monyet2 yang lain itu.
Nah kemudian, seekor monyet dikeluarkan dan diganti dengan monyet yang baru.
Dan tidak ada lagi semburan air dingin.
Monyet yang baru itu pasti akan tertarik untuk menaiki tangga dan mengambil pisang yang tergantung kan.
Tapi setiap kali dia mendekati tangga, dia akan dipukuli rame2 oleh monyet2 yang lain.
Kemudian satu ekor monyet lain yang pernah di siram dengan air dingin di ganti lagi dengan monyet yang baru.
Begitu monyet baru ini mendekati tangga, ke-4 ekor monyet yang lain akan menarik dan memukuli monyet itu, termasuk monyet yang belum pernah tersiram air dingin itu tadi.
Satu persatu, monyet yang pernah kena siram air dingin, di ganti dengan monyet yang baru. Hingga akhirnya semua monyet yang ada di dalam ruangan ada monyet yang belum pernah disiram air dingin. Tapi setiap kali ada monyet yang mendekati tangga, ke-4 ekor monyet yang lain akan langsung menarik dan memukulinya berame2, tanpa tau sebab yang sebenarnya, mengapa mereka harus memukul rame-rame2. =)
Saya sudah mencoba untuk men-verifikasi, apakah eksperiment ini sungguh ada, atau hanya cerita fiksi. Tapi sejauh ini, belum menemukan referensi yang pasti, apakah eksperiment ini sungguh terjadi, atau hanya fiksi. Tapi kalo dipikir2, bukan sesuatu yang mustahil, dan bahkan masuk diakal bukan?
Terlepas dari ada atau tidaknya eksperiment ini, satu hal yang menarik adalah, fenomena yang serupa bisa kita temukan di komunitas kita, manusia.
Coba perhatikan lingkungan kerja kita atau lingkungan masyarakat disekeliling kita.
Berapa sering kita melihat dikantor misalnya, sekelompok orang melakukan sebuah rutinitas, hanya karena orang-orang sebelum mereka melakukan hal yang sama.
Berapa sering kita melihat, banyak orang yang melakukan sebuah rutinitas, tanpa bertanya mengapa hal ini dilakukan oleh orang-orang sebelumnya, apa alasan sebenarnya.
Dan apakah alasannya itu masih ada dan valid sampai dengan saat ini.
Kalo sudah tidak ada atau tidak valid, lantas kenapa kita masih harus terus melakukan rutinitas tersebut?
Sebuah renungan buat kita semua. =)

Kisah berburu Monyet...

Ada artikel menarik tentang teknik berburu monyet di hutan-hutan Afrika.caranya begitu unik. Sebab, teknik itu memungkinkan si pemburu menangkap monyet dalam keadaan hidup-hidup tanpa cedera sedikitpun. Maklum, ordernya memang begitu. Sebab, monyet-monyet itu akan digunakan sebagai hewan percobaan atau binatang sirkus di Amerika.

Cara menangkapnya sederhana saja. Sang pemburu hanya menggunakan toples berleher panjang dan sempit. Toples itu diisi kacang yang telah diberi aroma. Tujuannya,agar mengundang monyet-monyet datang. Setelah diisi kacang, toples-toples itu ditanam dalam tanah dengan menyisakan mulut toples dibiarkan tanpa tutup.

Para pemburu melakukannya di sore hari. Besoknya, mereka tinggal meringkus monyet-monyet yang tangannya terjebak di dalam botol tak bisa dikeluarkan. Kok, bisa? Tentu kita sudah tahu jawabannya.

Monyet-monyet itu tertarik pada aroma yang keluar dari setiap toples. Mereka mengamati lalu memasukkan tangan untuk mengambil kacang-kacang yang ada di dalam. Tapi karena menggenggam kacang, monyet-monyet itu tidak bisa menarik keluar tangannya. Selama mempertahankan kacang-kacang itu, selama itu pula mereka terjebak. Toples itu terlalu berat untuk diangkat. Jadi, monyet-monyet itu tidak akan dapat pergi ke mana-mana !

Mungkin kita akan tertawa melihat tingkah bodoh monyet-monyet itu. Tapi, tanpa sadar sebenamya kita mungkin sedang menertawakan diri sendiri. Ya, kadang kita bersikap seperti monyet-monyet itu.

Kita mengenggam erat setiap permasalahan yang kita miliki layaknya monyet mengenggam kacang. Kita sering mendendam, tak mudah memberi maaf, tak mudah melepaskan maaf? Mulut mungkin berkata ikhlas, tapi bara amarah masih ada di dalam dada. Kita tak pernah bisa melepasnya. Bahkan, kita bertindak begitu bodoh, membawa "toples-toples" itu ke mana pun kita pergi. Dengan beban berat itu, kita berusaha untuk terus berjalan. Tanpa sadar, kita sebenamya sedang terperangkap penyakit hati yang akut.

Teman,
sebenarnya monyet-monyet itu bisa selamat jika mau membuka genggaman tangannya. Dan, kita pun akan selamat dari penyakit hati jika sebelum tidur kita mau melepas semua "rasa tidak enak" terhadap siapapun yang berinteraksi dengan kita. Dengan begitu kita akan mendapati hari esok begitu cerah dan menghadapinya dengan senyum. Jadi, kenapa masih tetap kita genggam juga perasan tidak enak itu..??